Senin, 31 Juli 2017

KERAJAAN GALUH

KERAJAAN GALUH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Peradaban Hidu Buhda





oleh :

Saepul Musyadad                  2105130038
Siti Maryamah                       2105130021
           




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2014



KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Kerajaan Sunda ”  ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu  tugas dari mata kuliah Peradaban Hindu Budha.
Dalam makalah ini, penulis akan mendeskripsikan tentang awal mula berdirinya  kerajaan Galuh sampai runtuhnya Kerajaan Galuh, Galuh masa Mataram dan VOC, Hari Jadi Kabupaten Ciamis.
            Dalam menyelesaikan Makalah, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
            Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan untuk hasil yang lebih baik.



                                                                                                Ciamis, 12 Mei 2014


                                                                                                            Penulis

           
           







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………              i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..               ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah …………………………………………….                 1
1.2  Rumusan Masalah …………………………………………….........                   2
1.3  Tujuan ……………………………………………………………….                 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.1        Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya Kerajaan Galuh………………………………………………………                    3
2.1.2. Galuh Masa Mataram Dan VOC……………………………                    11
2.1.3 Kapan Hari Jadi Kabupaten Ciamis………………………….                    12

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ……………………………………………………………                    16
B.     Saran…………………………………………………………………..                     17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………                   18












BAB I

1.1        Latarbelakang Masalah

Kerajaan Sunda Galuh adalah penyatuan dari dua kerajaan besar yang ada di pulau jawa yakni kerajaan sunda dan kerajaan galuh kedua kerajaan ini merupakan dua kerajaan besar yang pernah ada di dataran sunda, kerajaan ini merupakan pecahan dari kerajaan tarumanegara.
Kerajaan sunda yang letaknya berada di kota pakuan padjadjaran yang sekarang lebih di kenal dengan kota pakuan bogor, sedangkan kerajaan sunda berpusat atau beribukota di kawali ciamis. Memang dalam kenyataanya kerajaan sunda dan galuh ini dapat di persatukan oleh raja-rajanya walaupun sering kali terpisah kembali akibat dari perpecahan internal yang terjadi. Walaupun ada pendapat yang menyebutkan bahwa di tanah Sunda hanya ada satu kerajaan saja tapi hanya berpindah-pindah pusat pemerintahannya saja.
Sebenarnya kerajaan Galuh adalah kerajaan yang besar dan kuat sebelum dapat dikalahkan oleh pasukan dari Cirebon, Kerajaan galuh dapat di kalahkan oleh Pasukan dari Cirebon karena berbagai faktor.
Sesudahnya Kerajaan Galuh hancur nama Galuh masih tetap berdiri namun berubah namanya menjadi kabupaten Galuh dimana Galuh yang sekarang kekuasaanya tidak berdiri sendiri melainkan berada di bawah pemerintahan Mataram hingga selanjutnya diserahkan oleh Mataram kepada VOC.
Sejarah Galuh itu sangat pannjang dari pertama galuh berbentuk kerajaan pada masa Wretikandayun, kemudian Galuh menjadi kabupaten pada masa pemerintahan Mataram dan Galuh berubah menjadi kabupaten Ciamis.

1.2        Rumusan Masalah.

Berdasarkan Latar belakang di atas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1              Bagaimana Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya Kerajaan Galuh?

1.2.2              Bagaimana Galuh Pada Masa Mataram Dan VOC?

1.2.3              kapan Sebenarnya Hari Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif Sejarah?


1.3        Tujuan.

Sejalan dengan rumusan masalah di atas makalah ini di susun dengan tujuan untuk mengetahui, memahami,  dan mendeskripsikan:

1.3.1              Bagaimana Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya Kerajaan Galuh.

1.3.2              Bagaimana Galuh Pada Masa Mataram Dan VOC.

1.3.3              Kapan Sebenarnya Hari Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif Sejarah.



































BAB II

2.1 Pembahasan

2.1.1 Sejarah Berdiri Sampai Runtuhnya Kerajaan Galuh

·         Latarbelakangi Berdirinya Kerajaan Galuh
            Hal yang tidak dapat di pungkiri apabila kita ingin membahas berdirinya kerajaan Galuh, pastilah kita akan membahas kerajaan-kerajaan yang lain seperti kerajaan Tarumanegara, Sunda dan Kalingga. Karena tiga kerajaan ini punya peranan yang sangat penting yang mendasari berdirinya kerajaan Galuh.
Munculnya niatan mendirikan Kerajaan Sunda dan Galuh di awali pada masa Sudawarman. Didalam buku rintisan penelusuran masa silam Jawa Barat di sebutkan pada masa sudaawarman (Raja Tarumanegara ke IX) dengan gelar Sri maharaja sudawarman mahapurusa sang paramertaresi hariwangsa. Ia berkuasa pada tahun 628-639 dan dikenal sebagai raja yang berbudi pekerti luhur tapi meskipun demikian kerajaan trauma Negara mengalami anti klimaks atau masa kemerosotan, (kemunduran) pada jamannya ia memimpin.
            Hingga mulai Nampak kemudian menjadi-jadi pada saat sudarwana menjabat sebagi raja ini dapat dilihat dari kebijakannya yaitu pemberian otonomi kepada raja-raja bawahan dan tidak disertai dengan hubungan dan pengawasan yang baik. Akibatnya adalah para raja bawahan merasa tidak terindungi dan diawasi.
            Setelah itu Tarusbawa yang berasal dari kerajaan Sunda Sumbawa,  menjabat sebagai raja kerajaan Tarumanegara pada tahun 669, Tarusbawa diangkat menjadi raja tarumanegara menggantikan kedudukan mertuanya yaitu Linggawarman raja Tarumanegara. Karena pamor traumanegara sudah sangat turun maka Tarusbawa pada tahun 670 M, ia mengganti nama kerajaan Tarumanegara  menjadi kerajaan Sunda.
            Dan kemudian peritiwa inipun dimanfaatkan oleh writikandayun , sebagai pendiri Kerajaan Galuh dan masih keluarga dari Kerajaan Tarumanegara untuk memisahkan diri dari kekuasaan tarusbawa dan mendirikan kerajaan baru yang bernama Kerajaan Galuh. Dan Wretikandayun dalam tuntutannya pada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanegara dipecah dua di dukung oleh Kerajaan Kalingga yang bertempat di Jawa Tengah.  Dukungan ini di dapat kerena putera mahkota Galuh yang bernama Mandiminyak, berjodoh dengan Purwati puteri dari maharani Shima selaku ratu dari kalingga. Sadar bahwa posisinya sedanglemah maka Tarusbawapun ingin menghindari perang saudara dan untuk itu Tarusbawapun menerima tuntutan Galuh. Pada tahun tahun 670 M, kerajaan dipecah dua menjadi kerajaan SUnda dan Galuh dengan batasnya adalah sungai Citarum.

·         Pendiri Galuh/wretikandayun.
            Seperti yang di bahas diatas pendiri Galuh adalah Wretikandayun iapun menjabat sebagai raja pertama Galuh, wretikandayun diangkat menjadi raja Galuh menggantikan ayahnya, sang Kandiwan. Pelantikan tersebut dilakukan pada tahun 543 Saka atau 612 M, saat itu ia masih berumur 21 tahun dan kerajaan Galuh masih dibawah kekuasaan Tarumanegara, kemudian pada tahun 670M, Wretikandayun berhasil membawa Galuh menjadi kerajaan yang berdaulat dan lepas dari kekuasaan Kerajaan Tarumanegara yang pada saat itu dipimpin oleh Tarusbawa dan sudah berganti nama menjadi Kerajaan Sunda.
            Pada masa wretikandayun hampir tidak pernah ada pertumpahan darah itu karena pengalamannya dalam memmimpin galuh yang sangat lama (612-702 M) iapun dikenal dengan raja yang sangat ahli dalam menalkukan diplomasi, itu dapat dilihat ketika ia memerdekakan Galuh tidak ada setetespun darah yang tertumpah.
            Didalam cerita parahiayangan dijelaskan bahwa Wretikandayun berjodoh dengan Pwah Bungatak Mangalele (Manawati). Dari pernikahannya tersebut ia memperoleh tiga orang putera yaitu Sempakwaja (620M), Jantaka (622M), dan Amara atau lebih dikenal Mandiminyak (624M). Wretikandayun juga dikenal memiliki umur yang panjang, ia wafat pada tahun 701 M dalam umurnya yang ke 111 tahun.

·         Mandiminyak.
            Pewaris tahta Raja selanjutnya menjadikan Amara (Mandiminyak) sebagai raja selanjutnya menggantikan Wretikandayun. Hal yang cukup aneh karena putra bungsu di jadikan sebagai Raja bukannya putra yang lebih tua, hal itu di dasari karena putra pertama, dan keduanya memiliki kecacatan fisik. Oleh karena itu yang dianggap layak meneruskan kekuasaan Wretikandayun adalah Amara atau yang lebih dikenal dengan nama Mandiminyak. Karena Mandiminyak dikenal dengan tampan dan cakap, maka mandiminyakpun menjadi anak kesayangan dari Wretikandayun. Walaupun sebenarnya perilaku Mandiminyak cendrung berbuat tidak baik mandiminyak lebih senang berpesta, dan perbuatan Mandiminyak cendrung menyimpang itu tergambar dari jalinan hubungan yang ahirnya dapat membuahkan anak yang bernama Sena atau Bratasenawa dari Rababu (istri dari Sempakwaja). Dikarenakan semenjak peristiwa itu mendapat reespon-respon negative dan banyak pergunjigan dari kerabat-kerabat keratin maka Wretikandayunpun menjodohkan Mandiminyak dengan Parwati, putri Kalingga.
            Mandiminyak wafat pada tahun tahun 709 M sepeninggalnya tahta Galuh dilanjutkan oleh Sena

·         Sena atau Bratasenawa.
Seperti yang telah di ceritakan diatas Sena atau Bratasenawa adalah anak anak dari hubungan gelap yang terjadi antara Mandiminyak dan Rabbabu atau kakak iparya sendiri (istri Sempakwaja). Sena memerintah galuh selama 7 tahun dan berahir pada tahun 716 M. denagn terpaksa meletakan jabatannya sebagai penguasa Galuh karena dilengserkan.


·         Perebutan tahta Galuh.
Perbutan ini terjadi antara Purbasora cucu dari Wretikandayun dan anak dari Sempakwaja dan Rabbabu. Hal ini ditlatar belakangi karena dirinya merasa paling berhak atas tahta Galuh. Selain itu Purbasora tidak menerima kalau Wretikandayun lebih memilih Mandiminyak dibandinhkan Ayahnya, selain itu yang paling mendasari kebencian Purbasora sehingga menjadikan purbasora merebut tahta galuh adalah dipilihnya Sanna (Bratasenawa) sebagai Raja galuh yang selanjutnya. Padahal Sena adalah anak hasil dari hubungan gelap antara Mandiminyak dan Rabbabu.
Dengan bantuan dari mertuanya Indraprahasta, sebuah kerajaan di daerah Cirebon sekarang, Purbasorapun melancarkan perebutan tahta Galuh. Senapun ahirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Tarusbawa.

·         Maharaja Sanjaya.
Menurut prasasti canggal sanjaya adalah anak dari sena (sanna) raja galuh ke tiga, cucu mandiminyak dan cicit Wretikandayun. dan ibunya adalah sannaha cucudari ratu Shima dari Kalingga.
Sanjaya memiliki dendam pada keluarga Purbasora karena ayahnya Sena (Sanna) di lengserkan dengan cara yang tidak terhormat oleh Purbasora. Oleh karena itu Sanjayapun mempersiapkan misi balas dendam terhadap keluarga Purbasora. Sanyapun minta bantuan kepada Tarusbawa selaku raja sunda dan  dengan menyiapkan pasukan khusus di daerah Gunung Sawal atas bantuan Rabbuyut Sawal, yang juga sahabat baik Sena. Pasukan khusus ini langsung dipimpin oleh sena sedangkan pasukan sunda dipimpin oleh Patih Anggada. Serangan dilangsungkan dimalam hari dengan diam-diam dan mendadak. Seluruh keluarga Purbasora ahirnya meninggal dunia. Yang berhadil meloloskan diri hanyalah manantu Purbasora, yang menjabat sebagai Patih Galuh, bersama segelintir pasukan saja.
Sanjaya mendapatkan perintah dari sena selaku ayahnya bahwa Sanjaya kecuali Purbasora ia harus tetap menghormati anggota keluarga Purbasora. Dan sebenarnya sanjayapun tidak punya hasrat atau niatan untuk menjadi raja Galuh. Dan sebenarnya Sanjayapun langsung menghubungi uwaknya Sempakwaja di Galunggung dan meminta Demnawan, adik Purbasora, direstui menjadi penguasa Galuh. Tapi Sempakwaja tidak meretui hal itu karena Sempakwaja takut kalau hal itu hanyalah tipu muslihat yang dilakukan oleh sanjaya untuk dapat membunuh Demunawan. Sanjayapun ahirnya terpaksa menerima tahta Galuh, tapi menyadari bahwa kehadirannya kurang kurang disenangi dan selain itu iapun harus memerintah di kerajaan Sunda ia sendiri harus berkedudukan di Pakuan maka Sanjayapun mengangkat Premana Dikusuma, cucu Purbasora. Premana Dikusmah  saat itu berkedudukan sebagai raja daerah dalam usia 43 tahun, ia telah dikenal sebagai Raja resi karena ketekunannya mendalami agama dan bertapa sejak muda.

·         Permana, Pangrenyep dan Tamperan.
Penunjukan yang dilakukan Sanjaya terhadap Permana sebenarnya sangat beralasan karena Permana merupakan cucu dari Purbasora, selain itu istrinya yakni Naganingrum merupakan anak dari Ki Balangtrang, jadi suami istri itu mewakili dari keturunan Sempakwaja dan Jatnika.
            Pasangan Permana dikusumah dengan Naga ningrum sendiri sebenarnya sudah memiliki putera yang bernama Surotama alias manarah atau dalam dalam literatur sunda klasik dikenal dengan nama Ciung wanara. Ia lahir pada tahun tahun 718 M, jadi baru berusia 5 tahun saat Sanjaya menyerang Galuh.
            Untuk mengikat kesetian Permanadikusumah Sanjayapun menjodhokan Permana dikusumah dengan Dewi Pangrenyep puteri dari Anggada yang merupakan Patih Sunda. Kedudukan permana serba sulit karena ia sebagai raja galuh harus Tunduk kepada perintah Raja Sunda yang berarti tunduk juga kepada Sanjaya yang notabennya adalah orang yang telah membunuh kakeknya. Kerena dihadapkan dengan permasalahan seperti itu maka permanapun lebih memilih untuk bertapa, ia meninggalkan tahta galuh dan kedua Istrinya. Sedangkan urusan pemerintahan di serahkan kepada patihnya yakni Tamperan yang sekaligus menjadi mata dan telinga Sanjaya. Tamperan sendiri mewarisi watak buyutnya yakni Mandiminyak yang suka membuat skandal. Tamperanpun begitu ia terlibat skandal dengan pangrenyep, istri permana dan melahirkan kamarasa alias Bangga. (723 M).
            Skandal itu terjadi karena beberapa alasan, pertama Pangrenyep adalah penagntin baru yang berusia 19 tahun namun sudah ditinggalkan oleh suaminya untuk bertapa, kedua keduanya berusia sebaya dan merupakan ketrunan dari Tarusbawa dimana mereka mempunyai derita batin karena sebagi orang dari kerajaan Sunda mereka kurang di hargai.
            Untuk menghapus jejak kemudian Tamperanpun memerintah seseorang untuk membunuh Permana dan sekaligus diikuti oleh tentera kerajaan sehingga si pembunuhnya sekaligus langsung di bunuh oleh tentara kerajaan. Tapi rupanya semua kajadian ini tercium oleh senapati tua Ki Balangtrang. 
            Tamperan sebagai raja.
Pada tahun 732 M, sanjaya mewarisi tahta kerajaan Mataram dan yang kemudian tahta di sunda di serahkan kepada Tamperan.
            Sementara itu Manarah (Ciung wanara), dengan diam-diam dengan bimbingan buyutnya Ki Balangtrang, Ciungwanarapun mempersiapkan perebutan tahta Galuh dan berniat membalaskan dendam karena ayahnya telah dibunuh oleh Tameran. Temperanpun lalai mengawasi anak Tirinya itu dan malah temperan menganggap Manarah (Ciung wanara) seperti anaknya sendiri.
Sesuai dengan rencana Ki Balangtrang, penyerbuan terhadap galuhpun dilakukan pada siang hari yang bertepatan dengan pesta sambung ayam. Semua pembesar kerajaan hadir dalam pseta ittu termasuk Bangga. Manarah dan pasukannya hadir dalam gelanggang sebagai penyambung ayam, kemudian Ki Balangtrang memimpin pasukan Geger Sunten menyerang ke keraton.
            Kudeta itupun berhasil dalam waktu yang sangat singkat. Peristiwa ini diceritakan didalam cerita parahyangan, cuplikannya sebagai berikut:
Sang manarah males pati. / Rahiang Tamperan di tangkep ku anakna, / ku Sang manarah. / dipenjara beusi Rahian Temperan the. / Rahiang Bangga datang bari ceurik, / serta mawa sangu kana penjara beusi tea. Kanyahoan ku Sang Manarah, / tuluy gelut jeung Sanghiang Banga. / Keuna beungeutna ku sanghyang Manarah. /  Ti dinya Sang Manarah ngadeg ratu di Jawa, / Mangrupa persembahan . nurutkeun carita Jawa, / Rahiang Temperan / lilana ngadeg raja tujuh taun, . lantaran polahna resep / ngarusak nu tapa, / mana teu lana nyekel kakawasaanana oge. / Sang Manarah, lilana jadi ratu dalapanpuluh / taun, lantaran tabeatna hade.
           
            Temperan wafat pada tahun 739 M. posisinya di galuh di gantikan oleh manarah, sedangkan Banga, anak Temperan menggantikan posisinya di Sunda, ketika itu Sunda berada di bawah kontrol Manarah dari Galuh. Hal ini sejalan dengan maksud dari buku sejarah Jawa Barat, kerajaan sunda berada di bawah kontrol kerajaan Galuh terhitung pada tahun 739 M sampai 759 M. sedangkan Manarah sendiri berkuasa di Galuh sejak tahun 739 sampai 783 M.
Setelahnya Manarah menjadi Raja di Galuh dan mempunyai pengaruh terhadap Kerajaan sunda pertikaian-pertikaian yang terjadi baik di dalam kerajaan ataupun dengan orang luar kerajaan jarang sekali terjadi. Hanya saja setelahnya Sunda dan Galuh di perpadukan sering terjadi perpindahan pusat kerajaan.

·         Pengaruh Cirebon.
Setelahnya penyatuan antara Galuh dengan Sunda ibokota pemerintahan sering berpindah-pindah dari barat (Pakuan) ke timur (Kawali dan sekitarnya) dan sebaliknya.sehubungan Ibukota kerajaan pajajaran pindah ke pakuan, maka Jayade wata atau Sribaduga maharaja (prabu siliwangi) menunjuk jaya ningrat, salah seorang putra Dewa Niskala untuk menjadi raja Galuh. Pada saat itu Cirebon masih di bawah kekuasaan galuh. Kemudian pada masa Surawisesa menjadi Raja Pajajaran, terjadi perang antara pajajaran dengan Cirebon yang di bantu oleh Banten dan Demak, perang ini berlangsung selama 5 tahun itu terjadi karena pasukan dari cirebon tidak berani naik ke darat sedangkan dari pajajaran tidak punya armada laut yang kuat. Cirebon kala itu hanya berhasil menguasai kota pelabuhan. Menurut cerita parahiangan pertarungan antara cirebon dan pajajaran terjadi sebanyak 15 kali.
            Tapi walaupun begitu Galuh masih menganggap bahwa Cirebon berada dibawah Galuh, oleh karena itu ia mengirim surat kepada Syarif Hidayat, agar membayar upeti kepada Galuh, dengan ancaman akan digempur. Tapi Syarif Hidayat menolak  dan segera memberiyahukan Fadillah Khan untuk membawa pasukan Demak guna melindungi pakungwati. Serangan Galuh dilakukan pada tahun 1528, terjadi pertempuran di dekat gunung Gundul. Namun pasukan Kuningan yang diserahi tanggung jawab untuk menghadang serangan Galuh tidak mampu menahan serangan Galuh, untuk kemudian melarikan diri ke Pakungwati. Dari arah pakungwati tibalah pasukan besar dibawah pimpinan Pangeran Cakrabuana. Pasukan cirebon dibantu pasukan demak yang membawa meriam. Oleh karena itu pasukan Galuh menjadi tidak berdaya dan ahirnya dapat dikalahkan pada tahun 1528 dalam pertempuran di Gunung Gundul Palimanan. Kemudian sisa-sisa kekuatan Galuh mundur dan menghimpun kekuatan di Talaga, penguasa Talaga pada waktu itu adalah Sunan Parung Gangsa atau Prabu Pucuk Umum Talaga,  cucu Sri baduga Maharaja dari puteranya Munding Surya Ageung. Di Talaga berkumpul pula Jayaningrat, Arya Kiban, Jayasamara.
            Hingga kemudian diceritakan didalam rintisan penelusuran masa silam sejrah Jawa barat (1983-1984), di jelaskan tentang adanya pengumpulan kekuatan galuh di Talaga. Cirebon sempat menghentikan serangannya ke Talaga di karenakan pada tahun 1529 Cakra Buana (Walangsungsang) wafat. Pada tahun berikutnya serangan kembali di lakukan ke Talaga, maka kemudian pada tahun 1530 Talaga dapat dikalahkan dan Talaga menjadi bawahan Cirebon. Dan penguasa Talaga generasi berikutnya jadi memeluk agama islam. Kekalahan Galuh disebabkan kurang matangnya persiapan perang dan minimnya peralatan perang yang dimiliki. Banyak sejarawan menyatakan bahwa Kerajaan Galuhruntuh dalam pertempuran dua kali, yakni pada 1528 di Gunung Gundul Palimanan dan tahun 1530 dihancurkan di Talaga. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Galuh yang didirikan Wretikandayun.

·         Kehidupan Sosial budaya.
            Agama yang di anut Raja-raja sunda dan Galuh adalah agama Hindu terutama Hindu Siwa, namun toleransi meraka cukup besar sehingga ada juga masyarakat yang menganut Hindu Waisnawa dan ada juga yang beragama Budha. Hal ini dibuktikan dalam prasasti sanghyang tapak  (1030 M), prasasti Kawali, naskah cerita parahiangan, naskah Sewaka Darma (abad ke-16), atau serat dewa budha (1435 M) serat Catur Bumi, Naskah sanghyang Raga Dewata, Kawih Paningkes, naskah Jati Niskala, serta naskah Sanghyang Siksakandang Karesian (1518 M). Mata pencaharian masyarakat Galuh  adalah bertani, dikarenakan letak geografisnya.
            Masyarakat pada jaman ini meskipun banyak yang menganut Agama Hindu tapi tidak seperti di negara asalnya yaitu India, di masyarakat Galuh stratifikasi sosial tidak terlalu mencolok.
2.1.2 Sejarah Galuh Pada Masa Mataram Dan VOC.
·         Mataram.
Di Priangan hanya ada dua wilayah yang berdiri sendiri, yakni Sumedang dan Galuh. Sumedang keberadaannya mulai nampak setelah kerajaan Sunda Pajajaran hancur dan ada upaya dari Jayaperkosa untuk meningkatkan Sumedanglarang sebagai pengganti raja sunda. Meskipun kerajaan Galuh sudah hancur, Galuh tetap berdiri dibawah pemerintahan bupati setempat. Pada tahun 1595 Galuh dikuasai Mataram di bawah pemerintahan Sutawijaya yang memerintah Mataram pada tahun 1586-1601.
Setelah Geusan Ulun wafat maka penggantinya, Raden Aria Suriadiwangsa pada tahun 1620 berserah diri kepada mataram tanpa peperangan dan tanpa perlawanan apapun. Pada saat itu Sumedang berubah menjadi Kabupaten. Sejak saat itu pula Sumedang merupakan bagian dari Priangan. Dan mengangkat Aria Suriadiwangsa sebagai Wedana Bupati Priangan (1620-1624) sekaligus Bupati Sumedang, dengan gelar Rangga Gempol I. namun setelah gagal melakukan penyerangan ke Sampang maka ditahan di Mataram sebagai penggantinya diangkat Dipati Ukur.
Kekuasaan Dipati Ukur pada saat itu berpusat didaerah Bandung Selatan, membawahi Sumedang, Sukapura, daerah tatar Ukur atau Bandung, Limbangan, sebagian daerah Cianjur, Karawang, Pamanukan dan Ciasem. Penyerahan kekuasaan tersebut disertai sarat dari Sultan Agung untuk menyerang Belanda di Batavia. Pada tahun 1628 serangan dilakukan, namun akibat dari salah kordinasi, karena pasukan Mataram tidak kunjung datang, maka Dipati ukur dikalahkan Belanda. Dipati Ukur menyadari kegagalannya akan berakibat mendapat hukuman dari Sultan Agung.  Oleh karenanya melakukan pemberontakan.
Kisah penangkapan Dipati Ukur yang selama ini kita ketahui dilakukan oleh tiga umbul Priangan, namun Naskah Leiden Oriental menjelaskan Dipati Ukur ditangkap oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen) untuk kemudian dibawa ke Galuh. Naskah tersebut ditulis oleh Sukamandara yang pernah menjadi Jaksa di Galuh. Peristiwa penangkapannya menurut Prof. DR. Emuch Herman Somantri terjadi pada hari senin tanggal 1 bulan Jumadil Awal 1034 H sekitar pertengahan tahun 1632.

VOC.
            Priangan diserahkan oleh mataram kepada VOC melalui dua tahap, yakni pada tahun 1677 dan 1705. Tahap pertama dilakukan pada perjanjian 19-20 Oktober 1677, diserahkan wilayah Priangan Tengah dan Barat. Kedua pada perjanjian 5 Oktober 1705 Mataram menyerahkan wilayah Priangan Timur dan Cirebon. Mataram secara total menjadi kekuasaan VOC pada tahun 1757.
            Wafatnya Sultan Agung pada tahun 1645, tahta di serahkan kepada ankanya yang bernama Susuhunn Amangkurat (1645-1677) mengakibatkan kekuasaan mataram semakin turun dan menjadi lemah. Demikian pula pengaruhnya terhadap daerah-daerah kekuasaan yang lainnya yang dikuasai Mataram, karena perselisihan yang tidak berkesudahan. Disamping itu kerap terjadi serangan dari luar, seperti pasukan Makasar dan Madura. Amangkurat II dalam menyelesaikan masalah sering meminta bantuan VOC tapi sebagai imbalannya Mataram harus menyerahkan beberapa wilayah yang dikuasainya.
            Pada mulanya wilayah Priangan Tengah dan Barat di serahkan kepada VOC sebagai daerah pinjman, namun dalam proses selanjutnya Mataram semakin melemah dan turun dengan permasalah terus menerus meminta bantuan VOC. Akibatnya Kompeni berkuasa penuh atas wilayah Mataram termasuk Priangan.


2.1.3 Pertimbangan Sejarah Hari Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif Sejarah.

Hari Jadi Kabupaten Ciamis.
            Kabupaten Ciamis merupakan kelanjutan dari Kabupaten Galuh dan Kabupaten Galuh merupakan penerus Kerajaan Galuh. Sumber-sumber sejarah yang akurat menyatakan bahwa Kerajaan Galuh berdiri pada awal abad ke-7 Masehi, didirikan oleh Wretikandayun yang semula menjadi penguasa daerah Kendan (daerah Nagreg sekarang). Ia menjadi Raja Galuh pertama tahun 612-702.
            Eksistensi Kerajaan Galuh berlangsung dalam waktu sangat lama, hampir 10 abad. Ketika Kerajaan Mataram diperintah oleh Sutawijaya alias Panembahan Senapati (1586-1601), Mataram melakukan invasi ke Galuh, sehingga Kerajaan Galuh jatuh ke dalam kekuasaan Mataram. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1595. Kekuasaan Mataram atas Galuh makin kuat ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645). Pada awal pemerintahannya, Sultan Agung mengangkat Adipati Panaekan (raja Galuh terakhir), menjadi bupati vazal Mataram dengan kedudukan sebagai Wedana Bupati (bupati sebagai pemimpin kepala-kepala daerah setempat). Berarti sejak Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati, Kerajaan Galuh berubah statusnya menjadi Kabupaten Galuh.
            Adipati Panaekan menjadi Bupati Galuh sampai tahun 1625. Kedudukannya sebagai Bupati Galuh digantikan oleh putranya bernama Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (sekarang Cineam). Oleh karena itu, ibukota Kabupaten Galuh pindah dari Bojong Galuh ke Garatengah. Beberapa waktu kemudian Dipati Imbanagara memindahkan ibukota kabupaten ke Calingcing. Tidak lama kemudian, ibukota kabupaten pindah lagi ke Barunay (sekarang Imbanagara). Peristiwa yang disebut terakhir terjadi tanggal 14 Mulud tahun He (12 Juni 1642). Pada masa pemerintahan Bupati Raden Panji Aria Jayanagara, pengganti Dipati Imbanagara, wilayah Kabupaten Galuh bertambah luas akibat kabupaten-kabupaten di sekitar Galuh, seperti Kertabumi, Utama, Kawasen, Kawali, dan Panjalu, dihapuskan. Daerah-daerah itu masuk ke dalam wilayah Kabupaten Galuh.
            Kabupaten Galuh menjadi kabupaten vazal Mataram sampai Oktober 1705. Melalui perjanjian Mataram-Kompeni tanggal 5 Oktober 1705 wilayah Priangan Timur termasuk Galuh, juga Cirebon dikuasai oleh Kompeni, aparat VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie/Perusahaan Dagang Belanda di Hindia Timur). PERUBAHAN NAMA KABUPATEN: Galuh Menjadi Ciamis
            Setelah kekuasaan Kompeni di Nusantara berakhir akibat VOC bangkrut (31 Desember 1799), di wilayah Nusantara berlangsung Pemerintahan Hindia Belanda dimulai oleh pemerintahan Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811). Ia mengakui keberadaan kabupaten-kabupaten di Pulau Jawa. Dalam upaya menjalankan pemerintahan sentralistis, ia membagi Pulau Jawa menjadi 9 wilayah yang disebut prefectures (wilayah administratif setingkat keresidenan), dua di antaranya adalah Priangan dan Cirebon. Tiap wilayah diperintah oleh seorang prefect (residen). Daendels menggabungkan Kabupaten Galuh ke dalam wilayah Keresidenan Cirebon. Kondisi yang disebut terakhir berlangsung sampai tahun 1915.
            Berdasarkan besluit (surat keputusan) Gubernur Jenderal Hindia Belanda (A.F.W. Idenburg) tanggal 25 November 1915 No. 58, Kabupaten Galuh dikeluarkan dari wilayah Keresidenan Cirebon dan digabungkan ke dalam lingkungan Keresidenan Priangan Timur yang beribukota di Tasikmalaya. Waktu itu yang menjadi Bupati Galuh adalah R.A.A. Sastrawinata (1914-1936). Masih dalam tahun 1915 Bupati Galuh R.A.A. Sastrawinata mengubah nama kabupaten menjadi Kabupaten Ciamis. Perubahan itu juga ditetapkan dalam besluit tersebut di atas.


HARI JADI KABUPATEN CIAMIS
            Telah diketahui secara umum, khususnya oleh warga masyarakat Ciamis, sejak tahun 1972 tanggal yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis adalah 12 Juni, mengacu pada peristiwa pindahnya ibukota Kabupaten Galuh dari Calingcing ke Barunay (sekarang Imbanagara) pada tanggal 14 Mulud tahun He (12 Juni 1642). Penetapan tanggal 12 Juni (1642) sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis dituangkan dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis tanggal 17 Mei 1972 Nomor:22/V/KPTS/DPRD/1972.
            Dari segi metodologi sejarah, penetapan tanggal tersebut sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis, tidak rasional bahkan salah, karena tidak sesuai dengan konteks masalahnya. Tanggal 12 Juni 1642 bukan fakta berdirinya Kabupaten Galuh dan bukan pula fakta perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Dalam ilmu sejarah, hal itu merupakan kesalahan verifikasi (pembuktian) atau kesalahan interpretasi atas fakta yang diperoleh.
            Uraian latar belakang menunjukkan bahwa Kabupaten Galuh dibentuk oleh Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645) pada awal pemerintahannya, ditandai oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Eksistensi Kabupaten Galuh berlangsung sampai tahun 1915. Pada tahun itu nama kabupaten diubah menjadi Kabupaten Ciamis. Dengan demikian, Kabupaten Galuh merupakan cikal-bakal Kabupaten Ciamis.
            Berdasarkan metodologi sejarah, seharusnya kedua peristiwa tersebut dijadikan alternatif pilihan untuk menetapkan hari jadi Kabupaten Ciamis. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
w  Alternatif I
    Bila Kabupaten Galuh sebagai cikal-bakal Kabupaten Ciamis dijadikan dasar,       maka hari jadi Kabupaten Ciamis seharusnya mengacu pada pembentukan atau             berdirinya Kabupaten Galuh. Seperti telah disebutkan, pembentukan Kabupaten         Galuh dilakukan oleh Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645) pada awal     pemerintahannya, ditandai oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi   Wedana Bupati Galuh. Pengangkatan seseorang oleh Raja Mataram menjadi             bupati biasanya dinyatakan dalam dokumen berupa piagem (piagam). Contoh,            pengangkatan Ki Wirawangsa menjadi Bupati Sukapura dengan gelar             Tumenggung Wiradadaha, dinyatakan dalam piagem bertanggal 9 Muharam       taun Jimakhir (26 Juli 1632). Mungkin piagem pengangkatan Adipati Panaekan         menjadi Wedana Bupati Galuh dibuat pada tahun 1613.
w  Alternatif II
    Bila perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis dijadikan        dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis tentu harus mengacu pada tanggal        penetapan nama kabupaten, yaitu 25 November 1915.
            Seharusnya, kedua alternatif itulah yang menjadi dasar pilihan untuk menentukan tanggal yang tepat atau memadai sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Bila alternatif I yang dipilih, tindaklanjutnya adalah mencari sumber-sumber akurat yang memuat informasi tanggal piagem pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Bila alternatif II yang dipilih, dari segi metodologi sejarah, tanggal 25 November 1915 memadai untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis.




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan.
Berdasarkan dari uraian-uraian di atas penulis dapat merumuskan simpulan-simpulan sebagi berikut:
3.1.1 Kerajaan Galuh merupakan Kerajaan yang besar yang ada di Nusantara, kerajaan Galuh awal berdirinya adalah pada tahun 612 M, atau 670 M pada saat Wretikandayun mampu melepaskan diri dari Tarumanegara yang telah berubah menjadi kerajaan Sunda hingga berahir pada saat Cirebon mampu mengalahkan Kerajaan Galuh pada tahun 1530 M.
3.1.2 Setelahnya Kerajaan Galuh runtuh, pemerintahan Galuh menjadi dibawah pemerintahan Mataram hingga selanjutnya mataram menyerahkannya kepada VOC karena Mataram tidak mampu menyelesaikan Masalahnya sendiri, sebagai imbalannya Wilayah Galuh menjadi di bawah pemerintahan VOC.
3.1.3 Sebenarnya sangat keliru bila Kabupaten Ciamis menetapkan hari Jadinya pada tanggal 12 Juni 1642 bukan fakta berdirinya Kabupaten Galuh dan bukan pula fakta perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Bila Kabupaten Galuh sebagai cikal-bakal Kabupaten Ciamis dijadikan dasar,   maka hari jadi Kabupaten Ciamis seharusnya mengacu pada pembentukan atau        berdirinya Kabupaten Galuh yakni  (26 Juli 1632). Atau Bila perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis dijadikan    dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis tentu harus mengacu pada tanggal             penetapan nama kabupaten, yaitu   25 November 1915.


3.1.2 Saran
Sesudahnya penulis membahas tentang makalah Serah Galuh mudah-mudahan pembaca mengetahui sejarah yang sebenarnya, khususnya bagi orang-orang yang bertempat tinggal di tatar Galuh. Dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini semua orang menjadi tertarik menggali sejarah yang ada di daerahnya masing-masing. 





DAFTAR PUSTAKA


Lubis, Herlina, Nina. 2013. Sejarah Kerajaan Sunda. Bandung. Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.




Labels