KERAJAAN GALUH
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas
Mata Kuliah Peradaban Hidu Buhda
oleh
:
Saepul
Musyadad 2105130038
Siti
Maryamah 2105130021
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
GALUH CIAMIS
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “ Kerajaan Sunda ” ini
dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah
Peradaban Hindu Budha.
Dalam makalah ini, penulis akan mendeskripsikan tentang awal mula
berdirinya kerajaan Galuh sampai
runtuhnya Kerajaan Galuh, Galuh masa Mataram dan VOC, Hari Jadi Kabupaten
Ciamis.
Dalam menyelesaikan Makalah, penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak dalam bentuk moril
maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan untuk hasil yang lebih baik.
Ciamis,
12 Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah ……………………………………………. 1
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………………………......... 2
1.3 Tujuan
………………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.1
Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya
Kerajaan Galuh……………………………………………………… 3
2.1.2. Galuh Masa Mataram Dan VOC…………………………… 11
2.1.3 Kapan Hari Jadi Kabupaten Ciamis…………………………. 12
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
…………………………………………………………… 16
B. Saran………………………………………………………………….. 17
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………… 18
BAB
I
1.1
Latarbelakang Masalah
Kerajaan Sunda Galuh
adalah penyatuan dari dua kerajaan besar yang ada di pulau jawa yakni kerajaan
sunda dan kerajaan galuh kedua kerajaan ini merupakan dua kerajaan besar yang
pernah ada di dataran sunda, kerajaan ini merupakan pecahan dari kerajaan
tarumanegara.
Kerajaan sunda
yang letaknya berada di kota pakuan padjadjaran yang sekarang lebih di kenal
dengan kota pakuan bogor, sedangkan kerajaan sunda berpusat atau beribukota di
kawali ciamis. Memang dalam kenyataanya kerajaan sunda dan galuh ini dapat di
persatukan oleh raja-rajanya walaupun sering kali terpisah kembali akibat dari
perpecahan internal yang terjadi. Walaupun ada pendapat yang menyebutkan bahwa
di tanah Sunda hanya ada satu kerajaan saja tapi hanya berpindah-pindah pusat
pemerintahannya saja.
Sebenarnya
kerajaan Galuh adalah kerajaan yang besar dan kuat sebelum dapat dikalahkan
oleh pasukan dari Cirebon, Kerajaan galuh dapat di kalahkan oleh Pasukan dari
Cirebon karena berbagai faktor.
Sesudahnya
Kerajaan Galuh hancur nama Galuh masih tetap berdiri namun berubah namanya
menjadi kabupaten Galuh dimana Galuh yang sekarang kekuasaanya tidak berdiri
sendiri melainkan berada di bawah pemerintahan Mataram hingga selanjutnya
diserahkan oleh Mataram kepada VOC.
Sejarah Galuh
itu sangat pannjang dari pertama galuh berbentuk kerajaan pada masa
Wretikandayun, kemudian Galuh menjadi kabupaten pada masa pemerintahan Mataram
dan Galuh berubah menjadi kabupaten Ciamis.
1.2
Rumusan Masalah.
Berdasarkan
Latar belakang di atas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya Kerajaan Galuh?
1.2.2
Bagaimana Galuh Pada Masa Mataram Dan VOC?
1.2.3
kapan Sebenarnya Hari Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif
Sejarah?
1.3
Tujuan.
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas makalah ini di susun dengan tujuan untuk
mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan:
1.3.1
Bagaimana Sejarah Berdiri Hingga Runtuhnya Kerajaan Galuh.
1.3.2
Bagaimana Galuh Pada Masa Mataram Dan VOC.
1.3.3
Kapan Sebenarnya Hari Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif
Sejarah.
BAB II
2.1 Pembahasan
2.1.1 Sejarah Berdiri Sampai
Runtuhnya Kerajaan Galuh
·
Latarbelakangi Berdirinya
Kerajaan Galuh
Hal yang tidak dapat di pungkiri
apabila kita ingin membahas berdirinya kerajaan Galuh, pastilah kita akan
membahas kerajaan-kerajaan yang lain seperti kerajaan Tarumanegara, Sunda dan
Kalingga. Karena tiga kerajaan ini punya peranan yang sangat penting yang
mendasari berdirinya kerajaan Galuh.
Munculnya
niatan mendirikan Kerajaan Sunda dan Galuh di awali pada masa Sudawarman.
Didalam buku rintisan penelusuran masa silam Jawa Barat di sebutkan pada masa
sudaawarman (Raja Tarumanegara ke IX) dengan gelar Sri maharaja sudawarman
mahapurusa sang paramertaresi hariwangsa. Ia berkuasa pada tahun 628-639 dan
dikenal sebagai raja yang berbudi pekerti luhur tapi meskipun demikian kerajaan
trauma Negara mengalami anti klimaks atau masa kemerosotan, (kemunduran) pada
jamannya ia memimpin.
Hingga mulai Nampak kemudian menjadi-jadi
pada saat sudarwana menjabat sebagi raja ini dapat dilihat dari kebijakannya
yaitu pemberian otonomi kepada raja-raja bawahan dan tidak disertai dengan
hubungan dan pengawasan yang baik. Akibatnya adalah para raja bawahan merasa
tidak terindungi dan diawasi.
Setelah itu Tarusbawa yang berasal
dari kerajaan Sunda Sumbawa, menjabat
sebagai raja kerajaan Tarumanegara pada tahun 669, Tarusbawa diangkat menjadi
raja tarumanegara menggantikan kedudukan mertuanya yaitu Linggawarman raja
Tarumanegara. Karena pamor traumanegara sudah sangat turun maka Tarusbawa pada
tahun 670 M, ia mengganti nama kerajaan Tarumanegara menjadi kerajaan Sunda.
Dan kemudian peritiwa inipun
dimanfaatkan oleh writikandayun , sebagai pendiri Kerajaan Galuh dan masih
keluarga dari Kerajaan Tarumanegara untuk memisahkan diri dari kekuasaan
tarusbawa dan mendirikan kerajaan baru yang bernama Kerajaan Galuh. Dan
Wretikandayun dalam tuntutannya pada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanegara
dipecah dua di dukung oleh Kerajaan Kalingga yang bertempat di Jawa
Tengah. Dukungan ini di dapat kerena
putera mahkota Galuh yang bernama Mandiminyak, berjodoh dengan Purwati puteri
dari maharani Shima selaku ratu dari kalingga. Sadar bahwa posisinya sedanglemah
maka Tarusbawapun ingin menghindari perang saudara dan untuk itu Tarusbawapun
menerima tuntutan Galuh. Pada tahun tahun 670 M, kerajaan dipecah dua menjadi
kerajaan SUnda dan Galuh dengan batasnya adalah sungai Citarum.
·
Pendiri Galuh/wretikandayun.
Seperti
yang di bahas diatas pendiri Galuh adalah Wretikandayun iapun menjabat sebagai
raja pertama Galuh, wretikandayun diangkat menjadi raja Galuh menggantikan
ayahnya, sang Kandiwan. Pelantikan tersebut dilakukan pada tahun 543 Saka atau
612 M, saat itu ia masih berumur 21 tahun dan kerajaan Galuh masih dibawah
kekuasaan Tarumanegara, kemudian pada tahun 670M, Wretikandayun berhasil
membawa Galuh menjadi kerajaan yang berdaulat dan lepas dari kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara yang pada saat itu dipimpin oleh Tarusbawa dan sudah berganti nama
menjadi Kerajaan Sunda.
Pada
masa wretikandayun hampir tidak pernah ada pertumpahan darah itu karena
pengalamannya dalam memmimpin galuh yang sangat lama (612-702 M) iapun dikenal
dengan raja yang sangat ahli dalam menalkukan diplomasi, itu dapat dilihat ketika
ia memerdekakan Galuh tidak ada setetespun darah yang tertumpah.
Didalam
cerita parahiayangan dijelaskan bahwa Wretikandayun berjodoh dengan Pwah
Bungatak Mangalele (Manawati). Dari pernikahannya tersebut ia memperoleh tiga
orang putera yaitu Sempakwaja (620M), Jantaka (622M), dan Amara atau lebih
dikenal Mandiminyak (624M). Wretikandayun juga dikenal memiliki umur yang
panjang, ia wafat pada tahun 701 M dalam umurnya yang ke 111 tahun.
·
Mandiminyak.
Pewaris
tahta Raja selanjutnya menjadikan Amara (Mandiminyak) sebagai raja selanjutnya
menggantikan Wretikandayun. Hal yang cukup aneh karena putra bungsu di jadikan
sebagai Raja bukannya putra yang lebih tua, hal itu di dasari karena putra
pertama, dan keduanya memiliki kecacatan fisik. Oleh karena itu yang dianggap
layak meneruskan kekuasaan Wretikandayun adalah Amara atau yang lebih dikenal
dengan nama Mandiminyak. Karena Mandiminyak dikenal dengan tampan dan cakap,
maka mandiminyakpun menjadi anak kesayangan dari Wretikandayun. Walaupun
sebenarnya perilaku Mandiminyak cendrung berbuat tidak baik mandiminyak lebih
senang berpesta, dan perbuatan Mandiminyak cendrung menyimpang itu tergambar
dari jalinan hubungan yang ahirnya dapat membuahkan anak yang bernama Sena atau
Bratasenawa dari Rababu (istri dari Sempakwaja). Dikarenakan semenjak peristiwa
itu mendapat reespon-respon negative dan banyak pergunjigan dari
kerabat-kerabat keratin maka Wretikandayunpun menjodohkan Mandiminyak dengan
Parwati, putri Kalingga.
Mandiminyak
wafat pada tahun tahun 709 M sepeninggalnya tahta Galuh dilanjutkan oleh Sena
·
Sena
atau Bratasenawa.
Seperti
yang telah di ceritakan diatas Sena atau Bratasenawa adalah anak anak dari
hubungan gelap yang terjadi antara Mandiminyak dan Rabbabu atau kakak iparya
sendiri (istri Sempakwaja). Sena memerintah galuh selama 7 tahun dan berahir
pada tahun 716 M. denagn terpaksa meletakan jabatannya sebagai penguasa Galuh
karena dilengserkan.
·
Perebutan
tahta Galuh.
Perbutan
ini terjadi antara Purbasora cucu dari Wretikandayun dan anak dari Sempakwaja
dan Rabbabu. Hal ini ditlatar belakangi karena dirinya merasa paling berhak
atas tahta Galuh. Selain itu Purbasora tidak menerima kalau Wretikandayun lebih
memilih Mandiminyak dibandinhkan Ayahnya, selain itu yang paling mendasari
kebencian Purbasora sehingga menjadikan purbasora merebut tahta galuh adalah
dipilihnya Sanna (Bratasenawa) sebagai Raja galuh yang selanjutnya. Padahal
Sena adalah anak hasil dari hubungan gelap antara Mandiminyak dan Rabbabu.
Dengan
bantuan dari mertuanya Indraprahasta, sebuah kerajaan di daerah Cirebon
sekarang, Purbasorapun melancarkan perebutan tahta Galuh. Senapun ahirnya
melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Tarusbawa.
·
Maharaja
Sanjaya.
Menurut
prasasti canggal sanjaya adalah anak dari sena (sanna) raja galuh ke tiga, cucu
mandiminyak dan cicit Wretikandayun. dan ibunya adalah sannaha cucudari ratu
Shima dari Kalingga.
Sanjaya
memiliki dendam pada keluarga Purbasora karena ayahnya Sena (Sanna) di
lengserkan dengan cara yang tidak terhormat oleh Purbasora. Oleh karena itu
Sanjayapun mempersiapkan misi balas dendam terhadap keluarga Purbasora.
Sanyapun minta bantuan kepada Tarusbawa selaku raja sunda dan dengan menyiapkan pasukan khusus di daerah
Gunung Sawal atas bantuan Rabbuyut Sawal, yang juga sahabat baik Sena. Pasukan
khusus ini langsung dipimpin oleh sena sedangkan pasukan sunda dipimpin oleh Patih
Anggada. Serangan dilangsungkan dimalam hari dengan diam-diam dan mendadak.
Seluruh keluarga Purbasora ahirnya meninggal dunia. Yang berhadil meloloskan
diri hanyalah manantu Purbasora, yang menjabat sebagai Patih Galuh, bersama
segelintir pasukan saja.
Sanjaya
mendapatkan perintah dari sena selaku ayahnya bahwa Sanjaya kecuali Purbasora
ia harus tetap menghormati anggota keluarga Purbasora. Dan sebenarnya
sanjayapun tidak punya hasrat atau niatan untuk menjadi raja Galuh. Dan
sebenarnya Sanjayapun langsung menghubungi uwaknya Sempakwaja di Galunggung dan
meminta Demnawan, adik Purbasora, direstui menjadi penguasa Galuh. Tapi
Sempakwaja tidak meretui hal itu karena Sempakwaja takut kalau hal itu hanyalah
tipu muslihat yang dilakukan oleh sanjaya untuk dapat membunuh Demunawan. Sanjayapun
ahirnya terpaksa menerima tahta Galuh, tapi menyadari bahwa kehadirannya kurang
kurang disenangi dan selain itu iapun harus memerintah di kerajaan Sunda ia
sendiri harus berkedudukan di Pakuan maka Sanjayapun mengangkat Premana
Dikusuma, cucu Purbasora. Premana Dikusmah saat itu berkedudukan sebagai raja daerah
dalam usia 43 tahun, ia telah dikenal sebagai Raja resi karena ketekunannya
mendalami agama dan bertapa sejak muda.
·
Permana, Pangrenyep dan Tamperan.
Penunjukan
yang dilakukan Sanjaya terhadap Permana sebenarnya sangat beralasan karena Permana
merupakan cucu dari Purbasora, selain itu istrinya yakni Naganingrum merupakan
anak dari Ki Balangtrang, jadi suami istri itu mewakili dari keturunan
Sempakwaja dan Jatnika.
Pasangan Permana dikusumah dengan
Naga ningrum sendiri sebenarnya sudah memiliki putera yang bernama Surotama
alias manarah atau dalam dalam literatur sunda klasik dikenal dengan nama Ciung
wanara. Ia lahir pada tahun tahun 718 M, jadi baru berusia 5 tahun saat Sanjaya
menyerang Galuh.
Untuk mengikat kesetian
Permanadikusumah Sanjayapun menjodhokan Permana dikusumah dengan Dewi
Pangrenyep puteri dari Anggada yang merupakan Patih Sunda. Kedudukan permana
serba sulit karena ia sebagai raja galuh harus Tunduk kepada perintah Raja
Sunda yang berarti tunduk juga kepada Sanjaya yang notabennya adalah orang yang
telah membunuh kakeknya. Kerena dihadapkan dengan permasalahan seperti itu maka
permanapun lebih memilih untuk bertapa, ia meninggalkan tahta galuh dan kedua
Istrinya. Sedangkan urusan pemerintahan di serahkan kepada patihnya yakni
Tamperan yang sekaligus menjadi mata dan telinga Sanjaya. Tamperan sendiri
mewarisi watak buyutnya yakni Mandiminyak yang suka membuat skandal.
Tamperanpun begitu ia terlibat skandal dengan pangrenyep, istri permana dan
melahirkan kamarasa alias Bangga. (723 M).
Skandal itu terjadi karena beberapa
alasan, pertama Pangrenyep adalah penagntin baru yang berusia 19 tahun namun
sudah ditinggalkan oleh suaminya untuk bertapa, kedua keduanya berusia sebaya
dan merupakan ketrunan dari Tarusbawa dimana mereka mempunyai derita batin
karena sebagi orang dari kerajaan Sunda mereka kurang di hargai.
Untuk menghapus jejak kemudian
Tamperanpun memerintah seseorang untuk membunuh Permana dan sekaligus diikuti
oleh tentera kerajaan sehingga si pembunuhnya sekaligus langsung di bunuh oleh
tentara kerajaan. Tapi rupanya semua kajadian ini tercium oleh senapati tua Ki
Balangtrang.
Tamperan
sebagai raja.
Pada
tahun 732 M, sanjaya mewarisi tahta kerajaan Mataram dan yang kemudian tahta di
sunda di serahkan kepada Tamperan.
Sementara itu Manarah (Ciung
wanara), dengan diam-diam dengan bimbingan buyutnya Ki Balangtrang,
Ciungwanarapun mempersiapkan perebutan tahta Galuh dan berniat membalaskan
dendam karena ayahnya telah dibunuh oleh Tameran. Temperanpun lalai mengawasi
anak Tirinya itu dan malah temperan menganggap Manarah (Ciung wanara) seperti
anaknya sendiri.
Sesuai
dengan rencana Ki Balangtrang, penyerbuan terhadap galuhpun dilakukan pada
siang hari yang bertepatan dengan pesta sambung ayam. Semua pembesar kerajaan
hadir dalam pseta ittu termasuk Bangga. Manarah dan pasukannya hadir dalam
gelanggang sebagai penyambung ayam, kemudian Ki Balangtrang memimpin pasukan
Geger Sunten menyerang ke keraton.
Kudeta itupun berhasil dalam waktu
yang sangat singkat. Peristiwa ini diceritakan didalam cerita parahyangan,
cuplikannya sebagai berikut:
Sang manarah males pati. /
Rahiang Tamperan di tangkep ku anakna, / ku Sang manarah. / dipenjara beusi
Rahian Temperan the. / Rahiang Bangga datang bari ceurik, / serta mawa sangu
kana penjara beusi tea. Kanyahoan ku Sang Manarah, / tuluy gelut jeung
Sanghiang Banga. / Keuna beungeutna ku sanghyang Manarah. / Ti dinya Sang Manarah ngadeg ratu di Jawa, /
Mangrupa persembahan . nurutkeun carita Jawa, / Rahiang Temperan / lilana
ngadeg raja tujuh taun, . lantaran polahna resep / ngarusak nu tapa, / mana teu
lana nyekel kakawasaanana oge. / Sang Manarah, lilana jadi ratu dalapanpuluh /
taun, lantaran tabeatna hade.
Temperan
wafat pada tahun 739 M. posisinya di galuh di gantikan oleh manarah, sedangkan
Banga, anak Temperan menggantikan posisinya di Sunda, ketika itu Sunda berada
di bawah kontrol Manarah dari Galuh. Hal ini sejalan dengan maksud dari buku
sejarah Jawa Barat, kerajaan sunda berada di bawah kontrol kerajaan Galuh
terhitung pada tahun 739 M sampai 759 M. sedangkan Manarah sendiri berkuasa di
Galuh sejak tahun 739 sampai 783 M.
Setelahnya Manarah menjadi Raja
di Galuh dan mempunyai pengaruh terhadap Kerajaan sunda pertikaian-pertikaian
yang terjadi baik di dalam kerajaan ataupun dengan orang luar kerajaan jarang
sekali terjadi. Hanya saja setelahnya Sunda dan Galuh di perpadukan sering
terjadi perpindahan pusat kerajaan.
·
Pengaruh Cirebon.
Setelahnya penyatuan antara Galuh
dengan Sunda ibokota pemerintahan sering berpindah-pindah dari barat (Pakuan)
ke timur (Kawali dan sekitarnya) dan sebaliknya.sehubungan Ibukota kerajaan
pajajaran pindah ke pakuan, maka Jayade wata atau Sribaduga maharaja (prabu
siliwangi) menunjuk jaya ningrat, salah seorang putra Dewa Niskala untuk
menjadi raja Galuh. Pada saat itu Cirebon masih di bawah kekuasaan galuh.
Kemudian pada masa Surawisesa menjadi Raja Pajajaran, terjadi perang antara
pajajaran dengan Cirebon yang di bantu oleh Banten dan Demak, perang ini
berlangsung selama 5 tahun itu terjadi karena pasukan dari cirebon tidak berani
naik ke darat sedangkan dari pajajaran tidak punya armada laut yang kuat.
Cirebon kala itu hanya berhasil menguasai kota pelabuhan. Menurut cerita
parahiangan pertarungan antara cirebon dan pajajaran terjadi sebanyak 15 kali.
Tapi walaupun begitu Galuh masih
menganggap bahwa Cirebon berada dibawah Galuh, oleh karena itu ia mengirim
surat kepada Syarif Hidayat, agar membayar upeti kepada Galuh, dengan ancaman
akan digempur. Tapi Syarif Hidayat menolak
dan segera memberiyahukan Fadillah Khan untuk membawa pasukan Demak guna
melindungi pakungwati. Serangan Galuh dilakukan pada tahun 1528, terjadi
pertempuran di dekat gunung Gundul. Namun pasukan Kuningan yang diserahi
tanggung jawab untuk menghadang serangan Galuh tidak mampu menahan serangan
Galuh, untuk kemudian melarikan diri ke Pakungwati. Dari arah pakungwati
tibalah pasukan besar dibawah pimpinan Pangeran Cakrabuana. Pasukan cirebon
dibantu pasukan demak yang membawa meriam. Oleh karena itu pasukan Galuh
menjadi tidak berdaya dan ahirnya dapat dikalahkan pada tahun 1528 dalam
pertempuran di Gunung Gundul Palimanan. Kemudian sisa-sisa kekuatan Galuh
mundur dan menghimpun kekuatan di Talaga, penguasa Talaga pada waktu itu adalah
Sunan Parung Gangsa atau Prabu Pucuk Umum Talaga, cucu Sri baduga Maharaja dari puteranya
Munding Surya Ageung. Di Talaga berkumpul pula Jayaningrat, Arya Kiban,
Jayasamara.
Hingga kemudian diceritakan didalam
rintisan penelusuran masa silam sejrah Jawa barat (1983-1984), di jelaskan
tentang adanya pengumpulan kekuatan galuh di Talaga. Cirebon sempat
menghentikan serangannya ke Talaga di karenakan pada tahun 1529 Cakra Buana
(Walangsungsang) wafat. Pada tahun berikutnya serangan kembali di lakukan ke
Talaga, maka kemudian pada tahun 1530 Talaga dapat dikalahkan dan Talaga
menjadi bawahan Cirebon. Dan penguasa Talaga generasi berikutnya jadi memeluk
agama islam. Kekalahan Galuh disebabkan kurang matangnya persiapan perang dan
minimnya peralatan perang yang dimiliki. Banyak sejarawan menyatakan bahwa
Kerajaan Galuhruntuh dalam pertempuran dua kali, yakni pada 1528 di Gunung
Gundul Palimanan dan tahun 1530 dihancurkan di Talaga. Dengan demikian
berakhirlah Kerajaan Galuh yang didirikan Wretikandayun.
·
Kehidupan Sosial budaya.
Agama yang di anut Raja-raja
sunda dan Galuh adalah agama Hindu terutama Hindu Siwa, namun toleransi meraka
cukup besar sehingga ada juga masyarakat yang menganut Hindu Waisnawa dan ada juga
yang beragama Budha. Hal ini dibuktikan dalam prasasti sanghyang tapak (1030 M), prasasti Kawali, naskah cerita
parahiangan, naskah Sewaka Darma (abad ke-16), atau serat dewa budha (1435 M)
serat Catur Bumi, Naskah sanghyang Raga Dewata, Kawih Paningkes, naskah Jati
Niskala, serta naskah Sanghyang Siksakandang Karesian (1518 M). Mata
pencaharian masyarakat Galuh adalah
bertani, dikarenakan letak geografisnya.
Masyarakat pada jaman ini meskipun
banyak yang menganut Agama Hindu tapi tidak seperti di negara asalnya yaitu
India, di masyarakat Galuh stratifikasi sosial tidak terlalu mencolok.
2.1.2 Sejarah Galuh Pada Masa
Mataram Dan VOC.
·
Mataram.
Di
Priangan hanya ada dua wilayah yang berdiri sendiri, yakni Sumedang dan Galuh.
Sumedang keberadaannya mulai nampak setelah kerajaan Sunda Pajajaran hancur dan
ada upaya dari Jayaperkosa untuk meningkatkan Sumedanglarang sebagai pengganti
raja sunda. Meskipun kerajaan Galuh sudah hancur, Galuh tetap berdiri dibawah
pemerintahan bupati setempat. Pada tahun 1595 Galuh dikuasai Mataram di bawah
pemerintahan Sutawijaya yang memerintah Mataram pada tahun 1586-1601.
Setelah
Geusan Ulun wafat maka penggantinya, Raden Aria Suriadiwangsa pada tahun 1620
berserah diri kepada mataram tanpa peperangan dan tanpa perlawanan apapun. Pada
saat itu Sumedang berubah menjadi Kabupaten. Sejak saat itu pula Sumedang
merupakan bagian dari Priangan. Dan mengangkat Aria Suriadiwangsa sebagai
Wedana Bupati Priangan (1620-1624) sekaligus Bupati Sumedang, dengan gelar
Rangga Gempol I. namun setelah gagal melakukan penyerangan ke Sampang maka
ditahan di Mataram sebagai penggantinya diangkat Dipati Ukur.
Kekuasaan
Dipati Ukur pada saat itu berpusat didaerah Bandung Selatan, membawahi
Sumedang, Sukapura, daerah tatar Ukur atau Bandung, Limbangan, sebagian daerah
Cianjur, Karawang, Pamanukan dan Ciasem. Penyerahan kekuasaan tersebut disertai
sarat dari Sultan Agung untuk menyerang Belanda di Batavia. Pada tahun 1628
serangan dilakukan, namun akibat dari salah kordinasi, karena pasukan Mataram
tidak kunjung datang, maka Dipati ukur dikalahkan Belanda. Dipati Ukur
menyadari kegagalannya akan berakibat mendapat hukuman dari Sultan Agung. Oleh karenanya melakukan pemberontakan.
Kisah
penangkapan Dipati Ukur yang selama ini kita ketahui dilakukan oleh tiga umbul
Priangan, namun Naskah Leiden Oriental menjelaskan Dipati Ukur ditangkap oleh
Bagus Sutapura (Adipati Kawasen) untuk kemudian dibawa ke Galuh. Naskah
tersebut ditulis oleh Sukamandara yang pernah menjadi Jaksa di Galuh. Peristiwa
penangkapannya menurut Prof. DR. Emuch Herman Somantri terjadi pada hari senin
tanggal 1 bulan Jumadil Awal 1034 H sekitar pertengahan tahun 1632.
VOC.
Priangan diserahkan oleh mataram
kepada VOC melalui dua tahap, yakni pada tahun 1677 dan 1705. Tahap pertama
dilakukan pada perjanjian 19-20 Oktober 1677, diserahkan wilayah Priangan
Tengah dan Barat. Kedua pada perjanjian 5 Oktober 1705 Mataram menyerahkan
wilayah Priangan Timur dan Cirebon. Mataram secara total menjadi kekuasaan VOC
pada tahun 1757.
Wafatnya Sultan Agung pada tahun
1645, tahta di serahkan kepada ankanya yang bernama Susuhunn Amangkurat
(1645-1677) mengakibatkan kekuasaan mataram semakin turun dan menjadi lemah.
Demikian pula pengaruhnya terhadap daerah-daerah kekuasaan yang lainnya yang
dikuasai Mataram, karena perselisihan yang tidak berkesudahan. Disamping itu
kerap terjadi serangan dari luar, seperti pasukan Makasar dan Madura.
Amangkurat II dalam menyelesaikan masalah sering meminta bantuan VOC tapi
sebagai imbalannya Mataram harus menyerahkan beberapa wilayah yang dikuasainya.
Pada mulanya wilayah Priangan Tengah
dan Barat di serahkan kepada VOC sebagai daerah pinjman, namun dalam proses
selanjutnya Mataram semakin melemah dan turun dengan permasalah terus menerus
meminta bantuan VOC. Akibatnya Kompeni berkuasa penuh atas wilayah Mataram
termasuk Priangan.
2.1.3 Pertimbangan Sejarah Hari
Jadi Kabupaten Ciamis Bila Dilihat Dari Persefektif Sejarah.
Hari Jadi Kabupaten Ciamis.
Kabupaten Ciamis merupakan
kelanjutan dari Kabupaten Galuh dan Kabupaten Galuh merupakan penerus Kerajaan
Galuh. Sumber-sumber sejarah yang akurat menyatakan bahwa Kerajaan Galuh
berdiri pada awal abad ke-7 Masehi, didirikan oleh Wretikandayun yang semula
menjadi penguasa daerah Kendan (daerah Nagreg sekarang). Ia menjadi Raja Galuh
pertama tahun 612-702.
Eksistensi Kerajaan Galuh
berlangsung dalam waktu sangat lama, hampir 10 abad. Ketika Kerajaan Mataram
diperintah oleh Sutawijaya alias Panembahan Senapati (1586-1601), Mataram
melakukan invasi ke Galuh, sehingga Kerajaan Galuh jatuh ke dalam kekuasaan
Mataram. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1595. Kekuasaan
Mataram atas Galuh makin kuat ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung
(1613-1645). Pada awal pemerintahannya, Sultan Agung mengangkat Adipati
Panaekan (raja Galuh terakhir), menjadi bupati vazal Mataram dengan kedudukan sebagai
Wedana Bupati (bupati sebagai pemimpin kepala-kepala daerah setempat). Berarti
sejak Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati, Kerajaan Galuh berubah statusnya
menjadi Kabupaten Galuh.
Adipati
Panaekan menjadi Bupati Galuh sampai tahun 1625. Kedudukannya sebagai Bupati
Galuh digantikan oleh putranya bernama Dipati Imbanagara yang berkedudukan di
Garatengah (sekarang Cineam). Oleh karena itu, ibukota Kabupaten Galuh pindah
dari Bojong Galuh ke Garatengah. Beberapa waktu kemudian Dipati Imbanagara memindahkan
ibukota kabupaten ke Calingcing. Tidak lama kemudian, ibukota kabupaten pindah
lagi ke Barunay (sekarang Imbanagara). Peristiwa yang disebut terakhir terjadi
tanggal 14 Mulud tahun He (12 Juni
1642). Pada masa pemerintahan Bupati Raden Panji Aria Jayanagara, pengganti
Dipati Imbanagara, wilayah Kabupaten Galuh bertambah luas akibat
kabupaten-kabupaten di sekitar Galuh, seperti Kertabumi, Utama, Kawasen,
Kawali, dan Panjalu, dihapuskan. Daerah-daerah itu masuk ke dalam wilayah
Kabupaten Galuh.
Kabupaten Galuh menjadi kabupaten
vazal Mataram sampai Oktober 1705. Melalui perjanjian Mataram-Kompeni tanggal 5
Oktober 1705 wilayah Priangan Timur termasuk Galuh, juga Cirebon dikuasai oleh
Kompeni, aparat VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie/Perusahaan Dagang
Belanda di Hindia Timur). PERUBAHAN NAMA KABUPATEN: Galuh Menjadi Ciamis
Setelah
kekuasaan Kompeni di Nusantara berakhir akibat VOC bangkrut (31 Desember 1799),
di wilayah Nusantara berlangsung Pemerintahan Hindia Belanda dimulai oleh
pemerintahan Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811). Ia mengakui
keberadaan kabupaten-kabupaten di Pulau Jawa. Dalam upaya menjalankan
pemerintahan sentralistis, ia membagi Pulau Jawa menjadi 9 wilayah yang disebut
prefectures (wilayah administratif
setingkat keresidenan), dua di antaranya adalah Priangan dan Cirebon. Tiap
wilayah diperintah oleh seorang prefect
(residen). Daendels menggabungkan Kabupaten Galuh ke dalam wilayah Keresidenan
Cirebon. Kondisi yang disebut terakhir berlangsung sampai tahun 1915.
Berdasarkan
besluit (surat keputusan) Gubernur
Jenderal Hindia Belanda (A.F.W. Idenburg) tanggal 25 November 1915 No. 58,
Kabupaten Galuh dikeluarkan dari wilayah Keresidenan Cirebon dan digabungkan ke
dalam lingkungan Keresidenan Priangan Timur yang beribukota di Tasikmalaya.
Waktu itu yang menjadi Bupati Galuh adalah R.A.A. Sastrawinata (1914-1936).
Masih dalam tahun 1915 Bupati Galuh R.A.A. Sastrawinata mengubah nama kabupaten
menjadi Kabupaten Ciamis. Perubahan itu juga ditetapkan dalam besluit tersebut di atas.
HARI JADI KABUPATEN CIAMIS
Telah
diketahui secara umum, khususnya oleh warga masyarakat Ciamis, sejak tahun 1972
tanggal yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis adalah 12 Juni,
mengacu pada peristiwa pindahnya ibukota Kabupaten Galuh dari Calingcing ke
Barunay (sekarang Imbanagara) pada tanggal 14 Mulud tahun He (12 Juni 1642). Penetapan tanggal 12 Juni (1642)
sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis dituangkan dalam Surat Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis tanggal 17 Mei 1972
Nomor:22/V/KPTS/DPRD/1972.
Dari
segi metodologi sejarah, penetapan tanggal tersebut sebagai Hari Jadi Kabupaten
Ciamis, tidak rasional bahkan salah, karena tidak sesuai dengan konteks
masalahnya. Tanggal 12 Juni 1642 bukan fakta berdirinya Kabupaten Galuh dan
bukan pula fakta perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Dalam
ilmu sejarah, hal itu merupakan kesalahan verifikasi (pembuktian) atau
kesalahan interpretasi atas fakta yang diperoleh.
Uraian
latar belakang menunjukkan bahwa Kabupaten Galuh dibentuk oleh Sultan Agung
Raja Mataram (1613-1645) pada awal pemerintahannya, ditandai oleh pengangkatan
Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Eksistensi Kabupaten Galuh
berlangsung sampai tahun 1915. Pada tahun itu nama kabupaten diubah menjadi
Kabupaten Ciamis. Dengan demikian, Kabupaten Galuh merupakan cikal-bakal
Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan
metodologi sejarah, seharusnya kedua peristiwa tersebut dijadikan alternatif
pilihan untuk menetapkan hari jadi Kabupaten Ciamis. Penjelasannya adalah
sebagai berikut.
w Alternatif I
Bila
Kabupaten Galuh sebagai cikal-bakal Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis seharusnya
mengacu pada pembentukan atau berdirinya
Kabupaten Galuh. Seperti telah disebutkan, pembentukan Kabupaten Galuh dilakukan oleh Sultan Agung Raja
Mataram (1613-1645) pada awal pemerintahannya,
ditandai oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Pengangkatan seseorang oleh Raja Mataram
menjadi bupati biasanya
dinyatakan dalam dokumen berupa piagem
(piagam). Contoh, pengangkatan
Ki Wirawangsa menjadi Bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha, dinyatakan dalam piagem
bertanggal 9 Muharam taun
Jimakhir (26 Juli 1632). Mungkin piagem
pengangkatan Adipati Panaekan menjadi
Wedana Bupati Galuh dibuat pada tahun 1613.
w Alternatif II
Bila
perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis
tentu harus mengacu pada tanggal penetapan
nama kabupaten, yaitu 25 November 1915.
Seharusnya,
kedua alternatif itulah yang menjadi dasar pilihan untuk menentukan tanggal
yang tepat atau memadai sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Bila alternatif I
yang dipilih, tindaklanjutnya adalah mencari sumber-sumber akurat yang memuat
informasi tanggal piagem pengangkatan
Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Bila alternatif II yang dipilih,
dari segi metodologi sejarah, tanggal 25 November 1915 memadai untuk dipilih
dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.
Berdasarkan dari uraian-uraian di
atas penulis dapat merumuskan simpulan-simpulan sebagi berikut:
3.1.1
Kerajaan Galuh merupakan Kerajaan yang besar yang ada di Nusantara, kerajaan
Galuh awal berdirinya adalah pada tahun 612 M, atau 670 M pada saat
Wretikandayun mampu melepaskan diri dari Tarumanegara yang telah berubah
menjadi kerajaan Sunda hingga berahir pada saat Cirebon mampu mengalahkan
Kerajaan Galuh pada tahun 1530 M.
3.1.2
Setelahnya Kerajaan Galuh runtuh, pemerintahan Galuh menjadi dibawah
pemerintahan Mataram hingga selanjutnya mataram menyerahkannya kepada VOC
karena Mataram tidak mampu menyelesaikan Masalahnya sendiri, sebagai imbalannya
Wilayah Galuh menjadi di bawah pemerintahan VOC.
3.1.3
Sebenarnya sangat keliru bila Kabupaten Ciamis menetapkan hari Jadinya pada
tanggal 12 Juni 1642 bukan fakta berdirinya Kabupaten
Galuh dan bukan pula fakta perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten
Ciamis. Bila Kabupaten Galuh sebagai
cikal-bakal Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka
hari jadi Kabupaten Ciamis seharusnya mengacu pada pembentukan atau berdirinya Kabupaten Galuh yakni (26 Juli 1632). Atau Bila perubahan nama
Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis tentu harus mengacu pada tanggal
penetapan nama kabupaten,
yaitu 25 November 1915.
3.1.2 Saran
Sesudahnya
penulis membahas tentang makalah Serah Galuh mudah-mudahan pembaca mengetahui
sejarah yang sebenarnya, khususnya bagi orang-orang yang bertempat tinggal di
tatar Galuh. Dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini semua orang menjadi
tertarik menggali sejarah yang ada di daerahnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Herlina, Nina. 2013. Sejarah Kerajaan Sunda. Bandung. Yayasan
Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.